TELAAH MINIMNYA APRESIASI PADA KARYA SENI GRAFIS DI SUMATERA KHUSUSNYA DI KOTA PALEMBANG

Authors

  • Heri Iswandi universitas indo global mandiri

DOI:

https://doi.org/10.36982/jsdb.v7i1.2581

Abstract

Sebagai kata benda abstrak ‘seni’ adalah kemampuan kreatif manusia dalam menanggapi alam; kemampuan istimewa dalam mangubah suatu ide menjadi konsep kreatif yang dinyatakan menjadi suatu yang menarik, fungsional atau inspiratif. Seni adalah hasil karya manusia yang dibuat melalui proses pengerjaan yang memerlukan ketrampilan khusus atau luar-biasa. Dalam berkarya seni, kepentingan pribadi bagi si senimannya tentunya berbeda-beda, ini disebabkan oleh kebutuhan hidup dan pemaknaan hidup yang bebeda-beda pula. Kepentingan pribadi yang bebeda-beda semacam itu mengakibatkan penikmat seni juga mencari sendiri nilai-nilai pribadinya pada sebuah karya seni, dan hal tersebutlah yang membuat seseorang memiliki apresiasi seni yang berbeda-beda. Salah satu cabang seni murni, yaitu seni grafis dalam kaitannya dengan media ataupun teknik yang dipakai dalam pengungkapan kreatifitas seni grafis seharusnya tidak perlu diperdebatkan, yang utama adalah seni grafis yang me-Indonesia, yang menunjukkan identitas grafis yang dimiliki Indonesia tanpa terpengaruh oleh negara lain. Karya seni grafis selalu lekat dengan teknik dan medium yang digunakan. Sejak seni grafis berkembang di Indonesia, perkembangannya seakan semakin merosot tajam. Seni grafis menjadi cabang seni murni yang konvensional dengan teknik dan mediumnya. Namun lama-kelamaan pemikiran itu mulai hilang dengan adanya karya-karya seni grafis baru yang merespon kekayaan teknik dan medium. disertai oleh pemikiran konsep yang plural. Di dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menelusuri fungsi seni grafis di tengah masyarakat, Khususnya di kota Palembang. Seni grafis sebagai salah satu medium seni rupa memang belum sepopuler seni lukis, patung, dan bahasa rupa lainnya. Seni grafis baru terindentifikasi ketika bersinggungan dengan ranah pendidikan. Padahal seni grafis sudah dikenal di Indonesia sejak 1940-an. Banyak hal yang membuat seni grafis sebagai bahasa rupa kurang memasyarakat. Namun, bukan berarti seni grafis tidak mempunyai nilai lebih dari genre seni rupa lainnya.

References

Bentara Budaya dan Kompas Gramedia, 2012, Trienale Seni Grafis Indonesia IV 2012, Jakarta, Bentara Budaya Jakarta.

Depdikbud, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.

Feldman, Edmund Burke, 1967, “Art As Image and Ideaâ€, terjemahan Sp, Gustami, 1996, “Seni Sebagai Ujud dan Gagasanâ€, Yogyakarta, BP ISI Yogyakarta.

Gie, The Liang, 1996, Filsafat Seni Sebuah Pengantar, Yogyakarta : Pusat Belajar Ilmu Berguna Yogyakarta.

Kartika, Dharsono Sony, 2004, Seni Rupa Modern, Bandung, Rekayasa Sains.

Kartika, Dharsono Sony, 2007, Estetika, Bandung, Rekayasa Sains.

Maryanto, M. Dwi, 1988, Seni Cetak Cukil Kayu. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Sumarjo, Jakob, 2000, Filsafat Seni, Bandung: Penerbit ITB Bandung.

Downloads

Published

2022-12-02

Issue

Section

Articles