Analisis Interpretasi Tugu Parameswara di Bundaran Jakabaring - Palembang
DOI:
https://doi.org/10.36982/jsdb.v4i1.1749Abstrak
Tugu Parameswara ini merupakan karya seni patung yang dibuat untuk menyambut PON 2004 yang lalu. Analisis karya ini nantinya menggunakan pendekatan estetika, di samping bentuknya yang monumental karya ini juga erat kaitannya dengan sejarah kota Palembang sebagai pusat peradaban kerajaan terbesar di bumi Nusantara yakni kerajaan Sriwijaya. Sebagai salah satu kerajaan besar tentu kerajaan Sriwijaya memiliki pengaruh yang kuat di bumi Nusantara. Hal ini terbukti sampai saat sekarang dari jejak-jejak yang ditinggalkannya. Begitu juga dengan karya seni patung Parameswara merupakan karya seni patung abstraksi simbolik yang diciptakan oleh Rita Widagdo. Rita Widagdo merupakansalah satu seniman yang hidup dizaman modren, hal ini tentu sangat berpengaruh dalam penciptaan karya seni patung ini. Kehadiran karya seni patung ini turut memberikan interpretasi atas perkembangan zaman. Karya patung Parameswara bukan sekedar manifestasi alam yang indah melaikan simplifikasi alam dengan hanya menangkap hakikat dari sebuah objek yang di amatinya, objek tersebut merupakan rangsang cipta sehingga karya yang dihasilkan merupakan abstraksi dari realitas. Dalam perwujudannya Rita Widagdo cendrung menggunakan garis cekung dan cembung dengan tegas sehingga memberikan kesan suatu keberanian dan kekuatan yang merupakan hasil dari interpretasi terhadap tokoh Parameswara. Patung Parameswara merupakan simbol pemersatu rumpun Melayu di Nusantara. Pasalnya, hampir semua orang Melayu yang ada di Nusantara, khususnya di Malaysia, Singapura, Thailand Selatan, dan Brunei berasal dari Palembang. Mereka semua keturunan dari Parameswara dan pengikutnya, seorang panglima dari Palembang Setelah jatuhnya Sriwijaya, Iskandar Shah atau Parameswara melarikan diri ke utara untuk menemukan sebuah pemukiman baru.
Referensi
Dwi, M. Marianto, 2011, “Menempa Quanta Mengurai Seniâ€, BP ISI Yogyakarata: Yogyakarta.
___________________, 2002, “Seni Kritik Seniâ€, Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia.
Gie, The Liang, 1997, “Filsafat Keindahanâ€, Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.
Hadi, Y. Sumandiyo, 2006, “Seni dalam Ritual Agamaâ€, Yogyakarta: Penerbit Buku Pustaka.
Sony Kartika, Dharsono, 2004, “Pengantar Estetikaâ€, Bandung: Rekayasa Sains.
_____________________, 2007, “Estetikaâ€, Bandung, Rekayasa Sains.
Sachari, Agus, 2002, “Estetika Makna, Simbol dan Dayaâ€, Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Susanto, Mikke, 2011, “Diksi Rupa Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupaâ€, Yogyakarta: Dicti Art Lab Yogyakarta dan Jagad Art Space, Bali.
Sutrisno, Mudji, 1999, “Kisi-Kisi Estetikaâ€, Yogyakarta: Kanisius.
Saidi, Acep Iwan, 2008, “Narasi Simbolik Seni Rupa Kontemporer Indonesiaâ€
Yogyakarta: ISAACBOOK.
Jakob Sumardjo “ Estetika Paradoks†(Sunan Ambu Press : Bandung, 2006), 2.
Dharsono Sony Kartika, Estetika, (Bandung, Rekayasa Sains, 2007), 37
Sumber lain:
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.