Keris dalam Budaya Minangkabau : “Visualisasi Nilai Kepemimpinan Panguluâ€
DOI:
https://doi.org/10.36982/jsdb.v3i3.496Abstrak
Abstract
Kris is one of the noble cultural art works of past cultural heritage that has high value, its usefulness always develops from time to time according to the age context. Initially the kris developed in Java as a traditional weapons system, then spread to various regions of the archipelago including the Minangkabau. Almost the entire archipelago has a kris culture, although there are differences in names, forms and functions in each region. These differences encourage the desire to understand the meaning and value of the kris in accordance with the context of Minangkabau culture. Overall, the kris is a form of physical culture that reflects the values of goodness, especially related to Pangulu's leadership in Minangkabau.
Keywords : Kris, Minangkabau Cultur, Leadership Value
Â
Abstrak
Keris merupakan salah satu karya seni budaya adiluhung peninggalan budaya masa lalu yang bernilai tinggi, kegunaannya selalu berkembang dari masa ke masa sesuai konteks zaman. Awalnya keris berkembang di Jawa sebagai sistem senjata tradisional, kemudian menyebar ke berbagai wilayah Nusantara termasuk ke Minangkabau. Hampir seluruh wilayah nusantara memiliki budaya keris, meskipun terdapat perbedaan nama, bentuk maupun fungsinya di tiap wilayah.Perbedaan tersebut mendorong keinginan untuk memahami makna dan nilai keris sesuai dengan konteks budaya Minangkabau.Secara keseluruhan, keris merupakan wujud budaya fisik yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan, terutama terkait dengan kepemimpinan Pangulu di Minangkabau.
Kata kunci : Keris, Budaya Minangkabau, Kepemimpinan     Â
Referensi
Abidin, H. Mas’oed, Ensiklopedi Minangkabau,Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, 2005.
Anas, Bairul, et al. Indonesia Indah Busana Tradisional. Jakarta: Yayasan Harapan Kita, 1998.
Dilistone, F.W. The Power of Symbols. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Haryono, Timbul. â€Materi presentasi Iâ€.dalam Guntur (ed.). Kerisologi. Surakarta: ISI Press, 2007.
Haryoguritno, Haryono. “Materi presentasi tanpa judulâ€.dalam Guntur (ed.). Kerisologi.Surakarta: ISI Press, 2007.
Hakimy, H. Idrus Dt. Rajo Penghulu. Pegangan Penghulu, Bundo Kanduang, dan Pidato Alua Pasambahan Adat di Minangkabau. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, edisi revisi, 1994.
______, Idrus,Dt. Rajo Penghulu.Buku Pegangan Penghulu di Minangkabau. Bandung: CV.Rosda, 1978.
______, H. Idrus Dt. Rajo Penghulu.Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, edisi revisi, 1997.
______, H. Idrus Dt. Rajo Penghulu.Pokok-Pokok Pengetahuan Adat Alam Minangkabau, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, edisi revisi, 1994.
Koesni.Pakem Pengetahuan Tentang Keris. Semarang: CV.Aneka, 1979.
Mahmud, Dt. Bandaro Sati.“Serpihan-serpihan Mutiara di Alam Minangkabau†(Manuskrip): 1991.
Rohidi,Tjetjep Rohendi.Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan Bandung: STSI Press bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M), 2000.
Sarumala,M. Rasjid. Monografi Hukum Adat Daerah Sumatera Barat, Buku I. Padang: Departemen Kehakiman Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1993.
Syaidam, Gauzali. Kamus Lengkap Bahasa Minang. Minang-Indonesia.Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, 2004.
Sachri, Agus.Estetika,Makna, Simbol dan Daya. Bandung, ITB, 2002.
Zulhadi, Dt.Marajo.Wawancara.Nagari Kamang Hilia.21 Agustus 2010.
Anwar, Nasrul Dt. Parbanso.Wawancara.Nagari Kamang Hilia:06 November 2010.
Internet: (editingMuhsin darihttp://goedangdjadoel.com)
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.